Angst

[FREELANCE] Winter’s Wound

Winter’s Wound
By : chevelyyn
Cast(s) : Choi Sooyoung – Shim Changmin

image

(thanks buat kak sifi yang udh bikinin aku posternyaaa http://fanficsoosi94.wordpress.com/ )

“Musim dingin kali ini begitu membekukan dan aku berharap dinginnya juga dapat membekukan hatiku.” – Choi Sooyoung

Jam tangan Sooyoung menunjukkan jam setengah sepuluh malam. Artinya sudah satu setengah jam lebih Sooyoung menunggu di kedai kopi ini dekat sungai Han ini. Matanya tak pernah lepas menatap pintu masuk kedai, berharap seseorang yang ditunggunya segera datang. Fisiknya sudah lelah karena seharian bekerja ditambah lagi harus menunggu seseorang yang tidak pasti akan datang atau tidak. Sudah 2 gelas kopi americano ia habiskan sembari menunggu. Ia mendesah pelan.

Drrrt, drrrt.

Tangannya sigap mengeluarkan telepon genggam dari saku celana jeans nya. Sebuah pesan masuk. Sooyoung menggigit bibirnya pelan, ada perasaan takut membuka pesan masuk itu. Ia menggerakkan ibu jarinya untuk membuka pesan itu.

From: Changmin-oppa
Maaf, Chagi aku tidak bisa datang. Aku lembur di kantor

Sooyoung tersenyum miris. Dadanya sesak membaca pesan singkat tersebut. Air matanya jatuh dengan sendirinya.

Sampai kapan harus seperti ini, Oppa?

Sooyoung menghapus air matanya. Ia memakai skarfnya dan berjalan keluar kedai.
Butiran putih seringan kapas jatuh ke bumi. Ya, salju pertama mulai turun hari ini. Sooyoung mengulurkan tangannya dan menengadah ke langit. Di wajahnya terlukis secercah senyuman. Sooyoung memang sangat menyukai musim dingin. Alasamnya sederhana. Ia merasakan cintanya di musim dingin.

.
.
.

Changmin adalah seorang kapten tim basket di sekolah Sooyoung. Sooyoung sudah menyukai Changmin sejak mereka duduk di bangku kelas 1 SMA. Saat changmin bermain, ia akan dengan duduk di barisan paling depan untuk menyemangati Changmin. Awalnya Changmin tidak begitu memperhatikan Sooyoung. Apalagi Sooyoung merupakan kutubuku di kelas. Changmin merasa tidak tertarik sama sekali kepadanya. Ia lebih tertarik dengan anak-anak cheerleader. Namun setelah 2 tahun Changmin melihat kegigihan Sooyoung, Changmin mulai menyukai cara Sooyoung menyemangatinya di pertandingan. Entah mengapa ia merasa sangat semangat jika melihat Sooyoung. Karena perasaan itu, Changmin mencoba mengajak Sooyoung berkencan.

.
.
.

Changmin dan Sooyoung berjalan keluar dari gedung bioskop dengan senang. Mereka berjalan sambil membicarakan film yang tadi mereka tonton. Tawa mereka menyeruak disela-sela keramaian kota Seoul. Bahagia sekali. Serasi.
Mereka berdua lalu menepi ke tepian sungai Han. Mereka duduk menikmati pemandangan Seoul di malam hari.  Sooyoung benar-benar berharap waktu tidak cepat berlalu. Ia ingin lebih lama menghabiskan waktunya bersama Changmin. Ia tidak bisa percaya bahwa ini kenyataan. Ini bukan mimpi. Ia duduk berdampingan dengan Changmin. Bukan di baris penonton lagi. Tapi berdampingan. Sooyoung tidak bisa menahan senyumnya. Sungguh, rasanya sangat bahagia. Seperti kau berhasil memenangkan lotre miliaran dolar atau mungkin lebih bahagia dari itu.

“Sooyoung-ah, lihat! Salju pertama sudah mulai turun!” Ujar lelaki tinggi itu sambil menoleh ke samping. Senyumnya yang mereka benar-benar memberikan kehangatan bagi siapapun yang melihatnya.

“Wah, iya! Indah sekali!” Sooyoung menegadahkan kepalanya keatas. Matanya berbinar, tampak kagum.

“Cantik,” kata Changmin, lelaki yang sedari tadi tidak memalingkan indra penglihatan dari wajah Sooyoung.

“Memang. Pemandangannya akan lebih menakjubkan saat saljunya menutupi kota!”

“Bukan itu,” Changmin diam sejenak. “Kau. Kau sangat cantik jika tersenyum seperti ini. Benar-benar cantik.”

Sooyoung sedikit menundukkan kepalanya. Pipinya memerah malu. Tentu saja, ia dipuji seseorang yang sudah menjadi pujaannya selama 2 tahun belakangan ini. “Terimakasih.”

Hening. Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing sambil memasang senyum seperti orang idiot.

“Soo, ada sesuatu yang ingin aku katakan.” Changmin memulai percakapan setelah hening bermenit-menit. Tangannya menggapai tangan kecil Sooyoung dan mulai menautkan jemarinya ke jemari Sooyoung. Sumpah, sooyoung merasa sangat gugup sekarang.

“Aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini. Ini sungguh sulit bagiku karena aku sangat payah dalam hal ini. Kau tahu aku berlatih sekeras yang kumampu untuk mengatakan ini.” Changmin menatap mata Sooyoung lekat-lekat. Sooyoung bertambah gugup. Jantungnya berdetak tak karuan. “Sebelumnya aku tahu kau selalu berusaha duduk di barisan paling depan di lapangan sekolah. Dan karenanya kau selalu dimarahi oleh para pemandu sorak itu. Tapi, aku baru memperhatikanmu 2 bulan belakangan ini, maaf sangat terlambat.”

Yah, apa kau mau membuatku mati gugup? Cepat katakan! Umpat sooyoung dalam hati.

“Aku suka padamu, Soo. Will you be my girlfriend?”

Jantung Sooyoung terasa meledak mendengarnya. Seperti ada ribuan kembang api menyerbu kolong hatinya. Perasaan senang berkecamuk di benak sooyoung. Sooyoung segera mengangguk cepat. Ia tersenyum lebar dan begitupula Changmin. Changmin langsung menarik sooyoung kedalam pelukannya.

.
.
.

Ya. Changmin menyatakan perasaannya pada Sooyoung saat salju pertama. Walaupun udaranya mulai dingin, namun hati Sooyoung terasa sangat hangat. Sooyoung mengingat saat Changmin memeluk Sooyoung. Seketika kehangatan menyeruak masuk ke tubuh Sooyoung. Bahkan, Sooyoung sempat berpikir apakah ini musim dingin? Karena yang ia rasakan hanya kehangatan.

Awal masa pacaran benar-benar membuat Sooyoung bahagia. Changmin sangat perhatian padanya. Changmin juga sangat lembut terhadap wanita. Sooyoung benar-benar merasa semakin cinta pada sosok Changmin. Setiap hari Sooyoung lewatkan dengan canda tawa. Tidak ada air mata sedikitpun ketika Changmin ada didekatnya.

Tapi, dimana Changmin sekarang? Tidak ada. Yang ada hanya kekosongan. Hampa. Ini sudah 2 bulan semenjak Changmin mulai menghilang. Alasannya selalu saja sama. Aku lembur. Aku seorang direktur. Aku harus memperhatikan perusahaanku. Bullshit.

Semenjak bekerja di perusahan ayahnya, Changmin lama kelamaan mulai menghilang. Ia tidak pernah menemui Sooyoung lagi. Pesan singkat pun jarang.

Sooyoung tahu bahwa Changmin 2 bulan ini sedang mendekati sekertarisnya. Ia pernah memergok Changmin dan sekertarisnya sedang makan di salah satu restoran. Saat ditanya sedang apa, katanya membicarakan perkerjaan.

Tapi, mana ada orang yang membicarakan pekerjaan sambil mentautkan jari-jari tangan mereka?

Mana ada orang yang membicarakan pekerjaan sambil berkata-kata manis seolah seperti ingin memulai pendekatan?

Sooyoung hanya bisa pura-pura percaya dengan apa yang dikatakan Changmin. Ia sebenarnya sangat ingin memukul kepala Changmin agar ia bisa sadar sebenarnya siapa yang harus dia lihat.Supaya sadar siapa yang harus dia cinta.

Bukan wanita itu.

Tetapi Sooyoung.

Sooyoung menatap sungai Han di depannya.

Dulu aku merasa hangat walaupun musim dingin sekalipun. Tapi, kenapa sekarang begitu membekukan?

Setetes kristal bening merembes keluar dari pelupuk matanya. Tangan Sooyoung terangkat memegang dadanya. Ngilu. Sesak. Sakit. Lelah.

Sooyoung terisak kecil sambil memegang dadanya. Biarkan dia menjadi gadis cengeng hari ini. Ia merasa sangat berat untuk tinggal dalam hubungan seperti ini. Tetapi ia juga tidak sampai hati untuk memutuskan hubungannya ini. Bagaimana mungkin melepas orang yang sangat dia cintai?

.
.
.

“Apa?” Sooyoung menatap orang didepannya dengan pandangan tidak percaya. Suaranya sepertinya sedikit kencang sampai pengunjung kedai kopi ini meliriknya heran.

“Kita sudah tidak cocok. Aku sudah tidak punya perasaan lagi padamu. Semuanya sudah musnah.” Changmin melipat tangannya di dada.

“Tapi kenapa?” tanya Sooyoung lirih. Dadanya terasa sangat sesak. Air mata mulai mengalir ke pipinya. “Ada orang lain kan?”

“Bukan urusan-” jawab Changmin sambil menatap keluar kedai.

“Sekertarismu itu kan?” sela Sooyoung serak.

“Tidak penting kau tahu. Aku pergi dulu, terimakasih atas segalanya” Changmin beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan keluar, meninggalkan Sooyoung yang masih membeku di tempatnya.

Air matanya tidak dapat dibendung lagi. Ia menangis kencang ditempatnya. Ia tidak peduli tatapan tajam orang-orang yang terganggu karena tangisannya. Hatinya perih. Seperti diiris tipis-tipis. Seperti dihujam dengan batu. Benar-benar menderita.

.
.
.

Sooyoung menatap sungai Han lagi. Entah mengapa kenangan bersama Changmin terngiang-ngiang di pikiran Sooyoung. Air matanya mengalir lagi seperti tidak akan pernah mengering. Hatinya sangat hancur. Hatinya penuh luka yang menganga. Lukanya memang tidak kelihatan. Tapi luka yang tidak kelihatan itu lebih berbahaya dan menyakitkan bukan?

Sooyoung sedikit terngiang-ngiang perkataan Changmin saat dia menangis karena bertengkar dengan temannya.

Jika kau menangis, aku pastikan aku akan ada disebelahmu. Aku akan langsung memelukmu erat sehingga hatimu terasa hangat dan tidak sedih lagi. Aku tidak mau kau menangis sendirian. Aku mau kau membagi kesedihanmu denganku juga jadi kau tidak terlalu menderita.  Aku benci melihat orang yang berarti untukku menangis terlalu lama.

Tapi sekarang Sooyoung menangis dan tidak ada pelukan hangat yang dijanjikan Changmin.

Padahal katanya ia tidak suka melihat orang yang berarti baaginya menangis.

Apa ini berarti Sooyoung sudah tidak berarti lagi untuk Changmin?

Sebagian sungai sudah mulai membeku karena hawa dingin. Sooyoung juga berharap hatinya bisa membeku sehingga ia tidak usah merasakan sakit ini lagi. Sooyoung merasa lelah dengan perasaannya.

Tetapi, seberapa banyak air mata yang ia keluarkan, kenyataan tetaplah kenyataan.

Sooyoung harus bisa menerima fakta bahwa Changmin tidak mencintainya lagi dan Sooyoung harus melepaskannya.

Tetapi bagaimana dengan fakta bahwa Sooyoung masih mencintai Changmin dan tidak bisa melepaskannya barang seinci pun?

Mungkin Sooyoung harus mengalah dengan fakta ini.

Hanya waktu yang dapat menyembuhkan lukanya.

Sooyoung mengusap kasar wajahnya. Ia mulai berjalan pulang. Memulai lembaran baru. Tanpa Changmin.

End

Hai semuaa 😀 bagaimana ceritanya? Aku masih baru, nih jadi masih dikit pengalamannya. Jadi aku berharap komen dari para readers supaya aku bisa ngembangin ceritaku hehehe.. Makasih ya udah baca ff ku ini 😀

-chevelyyn-

8 thoughts on “[FREELANCE] Winter’s Wound”

  1. Ff-nya bagus… hanyakan alu rasa ada sedikit yang kurang. Aku penasaran dengan Changmin sendiri. Sebegitu tidak cintanyakah dengan Soo eonnie lagi sampai2 tega memutuskannya?

    1. Haiii, makasih ya review nyaaa 😀 ini ff debutku, udah lama aku kirim ke blog ini sebelum aku go public mwahahaha, jadi bener2 ngerasa gue-nulis-apaan-yaampun. Waktu itu sempet dimibta sekuel, tp blm ada sampe sekarang karena aku udh keburu ga mood huhuhu. Sekali lagi makasih ya review nyaa 😀

  2. sedihh amet niiii 😥
    ak masih ga setuju soo nya d gituin 😡
    iyaa tuh thorr aturan ada kyu ato kris ato sehun yg gantiin changmin … ._.V
    ceritanya bgs 🙂
    ditunggu ff lainnyaaaaaa
    author hwaiting !

    1. Iyaa emang sengaja dibikin sedih tapi fail aduh aku kesel sendiri kalo liat ff ini hehehe makasih ya udah bacaaa 😀

  3. Wah changmin benar-benar..
    Tega banget sama perempuan
    Tapi ff nya bagus kok (Y)
    Ada squelnya kah ??
    Semoga ada 🙂

  4. ceritanya sad angst banget thorr saya sampe nyesekk bacanya tapii kerenn 🙂 saya berharap ada squelnya y thorr trus di squelnya changminnya menyesal gitu .. hehe :d

Leave a reply to chevelyyn Cancel reply