Fluff, Friendship, Romance, School-life

Be Happy – Chapter One

Soohan-Be-Happy-Poster

Tittle : Be Happy | Chapter One

Author : ChoiXiOh

Cast : Xi Luhan [ex-EXO] || Choi Sooyoung [SNSD]

Other Cast : Oh Sehun / Choi Sehun [EXO] || Son Naeun / Xi Naeun [A-PINK]

Rating : PG 17

Lenght : Mini Series 1-4.

Genre : Romance, fluf, school life, friendship (maybe)

A/N : Hi.. Aku author baru di sini. Pertama debut di SFI aku suguhin ff  yang ide nya dapet dari salah satu ff dan juga drama korea yang jadi favorit aku akhir-akhir ini”PINOCCHIO”. Judul FF ini memang gak sesuai sama isi cerita nya. Maklumin aja ya, aku gak tau kalo harus ngasih judul ff nya nama penyakit yang di jelasin dalam cerita ini. Walaupun ff ini jelek dan gaje. Kalian yang udah baca tetep harus RCL.

Summery : Xi Luhan adalah pria tampan yang masih duduk di bangku kelas 12 SMA yang mengidap penyakit langka. Bila penyakit nya itu kambuh, ia harus cepat-cepat mendapat ciuman dari seorang wanita yang benar-benar tulus mencium nya agar rasa sakit yang di rasanya itu hilang. Luhan memiliki sahabat bernama Choi Sooyoung yang juga mengidap penyakit aneh dan langka yaitu “PINOCCHIO”. Sooyoung tidak pernah bisa berbohong, dan kalau setiap dia bohong, sooyoung pasti akan mengalami cegukan. Cegukan nya itu akan hilang kalau ia kembali jujur. Dan untuk luhan, setiap penyakit langka nya itu kambuh, luhan pasti akan menyuruh sooyoung untuk mencium nya. Bagaimanakah kelanjutan dari summery di atas. Akankah luhan dan sooyoung yang awalnya sepasang sahabat menjelma menjadi sepasang kekasih karena dua buah penyakit aneh nan langka yang mereka idap ? ? #Summery yang panjang.

WARNING!! Alur gaje,absurd,typo bertebaran,feel mungkin gak ada.Don’t bashing,Don’t plagiat,and keep RCL.Big thank’s to active readers.Siders OUT!

~Happy Reading~

“Aku senang memiliki penyakit yang langka seperti ini. Karena dengan begitu kau akan setiap saat mencium ku.” – Xi Luhan

“Kadang aku merasa tersiksa dengan penyakitku ini. Karena dengan begitu aku tidak pernah bisa bohong dengan perasaan ku yang sebenarnya.” – Choi Sooyoung

Author Pov

“Ya ! Xi Luhan yang terhormat. Kau tak ingin bangun, eoh.” seru sebuah suara yang begitu memekikkan telinga dari mulut seorang gadis cantik bertubuh semapai bak model.

Pria yang sedari tadi di teriaki pun hanya menggeliatkan tubuh nya, mengucek mata, menguap lalu kembali tertidur dengan tenang tanpa menyadari raut wajah iblis dari gadis tinggi yang berada di samping ranjang nya itu.

Gadis tinggi bersurai panjang lurus dan sedikit bergelombang berwarna coklat terang itu pun mendengus kencang. Kedua tangan nya ia tenggerkan di kedua sisi pinggang nya. Napas gadis bernama lengkap Choi Sooyoung itu pun memburu seperti sedang di kejar-kejar seorang sasaeng fans.

Sooyoung menarik napas nya dalam-dalam. Ia naik ke atas ranjang yang di tempati oleh pria tampan yang menjelma menjadi sahabt nya itu. Kedua kaki nya di tekuk untuk menjadi tumpuan berat badan nya.

“Xi Luhan yang bodoh. Cepat bangun atau kalau tidak aku akan menyita semua dvd playstation mu. Agar kau tidak bisa bermain playstation lagi.” seru sooyoung seraya mengguncang-guncangkan badan luhan.

“Ah.. nanti saja, bibi park. Aku masih ingin tidur.” racau pria yang di panggil luhan oleh sooyoung.

Sooyoung menganga saat luhan meracaukan kalau dirinya adalah bibi park, pembantu rumah tangga keluarga xi yang sudah berusia 50 tahunan.

‘Pletak’. Satu pukulan telak mendarat dengan sangat mulusnya di kening indah luhan membuat sang empu kening meringis kesakitan.

“Auw.. Ya ! Siapa yang berani memukul ku seperti ini, huh.” ucap luhan yang masih menutup mata nya.

Sooyoung melipat kedua tangan nya di depan dada nya. Pandangan nya menatap tajam ke arah luhan yang masih berbaring di atas ranjang nya.

“Aku. Memang nya siapa lagi, eoh?” ucap sooyoung.

Luhan membuka mata nya seketika lalu terperangah saat melihat sahabat cantik nya itu sudah berada di samping dirinya yang masih berbaring.

“Choi Sooyoung. Apa yang kau lakukan sepagi ini di kamar ku, eoh?”

‘Pletak’. Luhan mendapatkan satu lagi pukulan telak dari tangan halus sooyoung yang mendarat tepat di kening nya.

“Tentu saja membangunkan mu, rusa bodoh.”

“Auw.. Ya ! Bisakah kau tidak memukul kening ku. Kau tahu, ini adalah aset berharga untuk masa depan ku.”

Sooyoung memutar bola mata nya malas.  “Apa peduli ku.”

“Kau memang menyebalkan, choi sooyoung.” sungut luhan sebal.

“Sudah, tidak usah banyak bicara. Sekarang kau mandilah, setengah jam lagi bel sekolah berbunyi. Kau ingin telat dan tidak di ijinkan masuk oleh guru cho.”

“Minggir lah. Aku ingin mandi.”

Sooyoung pun beranjak dari ranjang luhan dan memilih duduk di sofa kecil bergambar lambang club sepak bola inggris favorite luhan. Sambil menunggu luhan mandi, sooyoung pun menyempatkan untuk melihat isi dalam ponsel luhan.

Luhan tidak pernah melarang sooyoung untuk mengutak-atik isi ponsel nya. Karena itu sudah biasa untuk sooyoung. Luhan pun begitu, ia sering memainkan ponsel sooyoung, bahkan ia selalu melihat isi pesan yang ada di kotak masuk ponsel sooyoung. Luhan dan sooyoung tidak pernah melarang satu sama lain untuk mengutak-atik ponsel atau membaca isi pesan di ponsel mereka, karena di ponsel mereka memang tidak ada isi yang macam-macam  atau bersifat privasi. Paling-paling hanya foto mereka bersama yang memenuhi memory card kedua nya.

Tidak perlu waktu yang banyak bagi luhan untuk membersihkan tubuh nya. Kini dirinya sudah rapi dengan baju seragam beserta blazzer khas sekolah nya. Ia melangkahkan kaki ke arah meja belajar nya untuk menyiapkan buku-buku pelajaran nya. Sekilas ia melirik ke arah sooyoung yang masih duduk tenang seraya memainkan ponsel nya.

“Apa yang membuat mu betah berlama-lama duduk dengan ponsel ku di tangan mu, syoungie?”

Sooyoung melirik tajam ke arah luhan yang masih sibuk merapikan buku-buku pelajaran nya.

“Berhenti memangilku dengan panggilan menjijikan itu. Atau kalau tidak, aku tidak akan mau membantu mu untuk meredakan rasa sakit mu kalau-kalau penyakit aneh mu itu kambuh.” ucap sooyoung terdengar seperti mengancam.

Luhan menarik ujung bibir atas nya ke atas lalu setelah nya mendecak sebal.

“Kau aneh. Biasanya wanita suka saat ku panggil dengan panggilan manja seperti itu.”

“Ingat ya tuan Xi Luhan yang terhormat. Aku bukanlah tipe wanita seperti jejeran wanita mu yang lain nya. Jadi jangan pernah samakan aku dengan wanita-wanita mu yang berderet seperti gerbong kereta api itu.” cerocos sooyoung membuat luhan terkekeh geli.

“Baiklah nona choi yang yang rakus. Aku tidak akan memanggil mu dengan kata-kata manja lagi.”

“Sekarang ayo kita berangkat.” ucap luhan lalu merangkul pundak sooyoung membuat sooyoung terdiam lalu melirik tangan luhan yang berada di atas pundak nya.

“Kau bisa lepaskan tangan mu ini kan, luhan.”

Luhan mendengus sebal.  “Kau ini kenapa? Tidak biasa nya. Apa kau sedang mendapat tamu bulanan?”

“Aku bukan mendapat tamu bulanan, tapi aku mendapat tamu kesialan.”

Setelah berucap kata-kata itu sooyoung pun langsung menyingkirkan tangan luhan dari pundak nya dan berjalan mengambil tas nya dan melangkah ke arah pintu kamar luhan.

“Hei.. tunggu. Kita berangkat bersama.”

“Yak ! Choi sooyoung, kau bisakan menunggu ku.” ucap luhan setelah menuruni anak tangga terakhir. Ia jelas melihat sahabat cantik nya itu sedang bercengkrama akrab dengan sang ibu.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya luhan saat sudah sampai di dekat sooyoung dan ibu nya.

Sooyoung melirik malas ke arah luhan yang berdiri tepat di samping nya.

“Tentu saja membicarakanmu.” ucap sooyoung.

“Apa yang kalian bicarakan tentang ku?”

“Sooyoung bilang kalau kemarin kau mendapat nilai C saat ujian harian fisika. Sekarang jelaskan pada ibu Xi Luhan, mengapa kau bisa mendapat nilai buruk seperti itu, eoh?”

Lantas luhan langsung melirik ke arah sooyoung yang sedang terkekekh geli. Ia mendengus sebal dalam hati. Bukankah kemarin mereka sudah berjanji kalau tidak akan memberi tahu nilai ujian harian fisika kesiapa pun. Termasuk juga orang tua dan kerabat-kerabat dekat mereka. Tapi sekarang bukti nya apa, sooyoung malah melanggar janji nya dengan memberi tahu nilai ujian harian fisika luhan ke ibu nya.

“Xi Luhan. Kau dengar ibu. Cepat jelaskan mengapa kau dapat nilai C saat ujian harian fisika. Sooyoung saja mendapat nilai A masa kau yang laki-laki hanya mendapat nilai C. Kau merasa tidak malu dengan sooyoung.”

“Ah.. ibu. Nanti saja ku jelaskan. Sekarang kami sudah telat. Kami berangkat dulu, ibu.” ucap luhan lalu menarik tangan sooyoung cepat menjauh dari hadapan sang ibu.

Luhan melepaskan tangan sooyoung saat mereka sudah berada di depan rumah luhan yang lumayan besar tak beda jauh dengan rumah sooyoung yang berada tepat di samping kanan rumah nya.

“Ya ! Choi sooyoung. Bukankah kita sudah berjanji kemarin kalau kita tidak akan memberi tahu kepada siapaun tentang nilai ujian fisika.”

Sooyoung melipat dua tangan nya di depan dada.

“Aku tidak bermaksud seperti itu sebelum nya. Tapi ibu mu tiba-tiba menanyakan tentang perkembangan belajar mu di sekolah. Jadi aku tidak bisa berbohong tentang nilai C mu. Maafkan aku, luhan. Kau tahu kan aku tidak pernah bisa berbohong.”

Luhan menghela napas nya. Ia menatap sooyoung yang menundukkan wajah nya. Luhan mengacak-acak puncak kepala sooyoung membuat sooyoung mendongak.

“Maaf, aku tidak bermaksud untuk menyalahkan mu.”

“Seharusnya kau tidak membuat janji kepada ku. Karena aku pasti tidak akan sanggup untuk berjanji tidak akan meberitahu siapapun mengenai nilai ujian fisika mu.”

Luhan tersenyum. Ia mencubit gemas hidung mancung sooyoung.

“Sudah. Tidak usah di pikirkan lagi. Seharus nya aku tidak menyalahkan mu tadi.”

“Tapi ini memang benar-benar kesalahan ku, luhan.”

“Bukan. Itu sama sekali bukan kesalahan mu. Penyakit mu yang dari awal salah.”

Sooyoung mengangguk pelan. “Ya, kau benar lu. Penyakitku ini yang salah. Huh.. aku ingin sekali saja berbohong, tapi tetap saja tidak bisa karena penyakit aneh ini.”

“Sudahlah. Jangan merutuki penyakit mu terus. Ayo kita berangkat.” ucap luhan lalu menyerahkan sebuah helm kepada sooyoung.

Sooyoung naik ke atas motor sport milik luhan.

“Peluk pinggangku erat-erat. Kita akan terbang sebentar lagi.” ucap luhan dan sedetik kemudian luhan langsung menacapkan gas nya dan melaju kencang membelah jalan raya pagi kota seoul.

***

Pelajaran guru cho sudah selesai sejak 5menit yang lalu dan sekarang luhan dan sooyoung sedang berjalan beriringan ke arah kantin. Di sepanjang perjalanan mereka tidak henti-henti nya untuk saling melayangkan perdebatan konyol.

Setelah sampai di kantin, luhan menarik tangan sooyoung untuk duduk di meja kantin paling ujung. Tempat favorit luhan dan sooyoung kalau sedang makan di kantin bersama. Sebelum nya mereka sudah menyempatkan untuk memesan makanan dan minuman.

Sooyoung melirik ke arah luhan yang sedang sibuk dengan ponsel nya.

“Kau sibuk sekali dengan ponsel mu. Apa salah satu wanita mu marah kau duduk semeja di kantin bersama ku.” tanya sooyoung.

Luhan mendongak lalu menggeleng pelan.  “Bukan karena itu, soo. Nanti sore setelah pulang sekolah aku harus latihan sepak bola. Karena sebentar lagi akan di adakan pertandingan sepak bola antar SMA se-seoul.”

Sooyoung mengangguk-angguk paham.

“Kau bisa pulang dengan sehun kan, soo? Biar naeun yang nanti pulang bersama ku.”

Sooyoung menggeleng.  “Tidak usah. Aku akan menunggumu. Aku tidak ingin menganggu acara adik mu dan adik ku itu.”

“Kau yakin ingin menunggu ku? Aku pulang sekitar pukul 6 sore.”

“Hm. Aku akan menunggu mu.”

“Tidakkah itu terlalu lama untuk mu, soo?”   “Sudahlah lu. Kau tenang saja. Itu bukan masalah untuk ku. Lagi pula aku sedang malas di rumah berdua bersama sehun si bocah nakal itu.”

“Memang nya kemana paman dan bibi choi?”

“Mereka sedang mengunjungi paman ku yang sakit di daegu. Besok pagi juga sudah pulang.”

Luhan mengangguk-angguk paham. Dan semenit kemudian makanan yang mereka pesan pun datang. Luhan maupun sooyoung mulai menikmati makanan mereka dengan sesekali bercengkarama atau memperdebatkan sesuatu yang sebenar nya tidak terlalu penting.

***

“Kau tunggu di sini saja. Kalau merasa bosan kau bisa keliling tempat ini. Tapi ingat, jangan terlalu jauh, nanti kau tersesat.”  Ucap luhan.

Sooyoung mengangguk, ia duduk di bangku penonton. Sore ini luhan akan latihan sepak bola bersama tim sekolah nya untuk persiapan pertandingan sepak bola nasional antar murid SMA se-seoul. Dan sekolah mereka (luhan-sooyoung) ikut berpasrtisipasi untuk memeriahkan acara tahunan itu.

“Aku latihan dulu.” ucap luhan lalu pergi meninggalkan sooyoung.

Sooyoung melihat permainan sepak bola luhan dari atas bangku penonton yang di sediakan di tempat olahraga ini. Sebenarnya sooyoung tidak terlalu suka dengan olahraga sepak bola, bahkan setiap ayah dan sehun adik nya berteriak-teriak histeris karena menonton sepak bola, dirinya akan menutup telinga rapat-rapat dan bergumam kesal.

Tapi ini berbeda. Entah kenapa sooyoung merasa nyaman dan senang saat melihat luhan dengan lihai nya menggocek bola yang berada di kaki nya. Ia merasa sedang melihat Christian Ronaldo, pemain sepak bola yang sering luhan bicarakan kepada nya.

Sebenarnya sooyoung tidak tahu siapa itu Christian Ronaldo. Bahkan sebelum nya sooyoung mengira kalau Christian Ronaldo itu adalah seorang pria tampan yang gila makan seperti nya. Tapi saat sooyoung mengatakan seperti itu, luhan langsung mengerucutkan bibir nya dan memukul pelan kening sooyoung.

Lamunan sooyoung buyar saat merasakan kalau ponsel nya bergetar menandakan ada sebuah telepon masuk di ponsel nya. Sooyoung merogoh saku blazzer sekolah nya dan mengambil ponsel nya.

“Yeobeoseyo.”

“Ada apa, sehun-ah?” tanya sooyoung langsung to the point.

“Noona, hari ini aku pulang agak telat. Dan mungkin akan makan malam di luar.”

Sooyoung mendengus kesal. Ia tahu adik nya itu pasti sedang beralasan lagi.

“Apa kau bersama naeun?”

“Hm. Aku bersama naeun. Kami akan belajar bersama di rumah teman kami di daerah nohwon.”

“Ya! Choi Sehun. Sudah ku katakan beberapa kali kepada mu. Jangan racuni otak polos naeun dengan dunia liar mu, bocah nakal.”

Terdengar dengusan sebal dari arah sebrang.

“Aku tidak akan bermain dengan jongin malam ini, noona. Aku benar-benar ingin belajar dengan teman ku.”

“Kau sedang membohongi ku, eoh. Awas saja kalau kau masih bermain dengan teman mu yang hitam itu. Aku tidak akan segan-segan memberi tahu ibu kalau kau sering menonton blue film.”

“Aish.. Ya! Noona, jangan mengancam ku seperti itu. Aku tidak akan macam-macam lagi.”

“Aku tidak mau tahu, pokok nya kau harus sudah ada di rumah pukul 7 malam.”

‘Klik’

Belum sempat sehun menjawab, sooyoung sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon nya. Ia terlihat kesal dengan tingkah adik laki-laki nya yang tampan itu. Kenapa juga ia harus memiliki adik laki-laki dengan sifat pemalas dan menyebalkan seperti Choi Sehun.

“Aish.. bisa gila aku kalau harus berdua malam ini dengan bocah nakal itu.” sungut sooyoung sebal.

“Ada apa, soo?” tanya sebuah suara dari arah depan sooyoung membuat sooyoung mendongakan kepala nya.

“Tidak. Sehun baru saja menghubungi ku kalau hari ini ia akan pulang agak telat.”

Luhan mengangguk, ia mengambil duduk di samping sooyoung dan meneguk air minum yang tadi sempat di beli oleh sooyoung sebelum luhan mulai latihan.

“Eh.. lu. Apa naeun menghubungi mu?”

Luhan menggeleng. Sooyoung memejamkan mata nya menahan emosi. Luhan memandang nya bingung.

“Kau kenapa?”

“Tidak, hanya saja setelah ini sepertinya aku harus menghukum sehun karena sudah berani-berani nya mengajak adik mu untuk pulang agak telat.”

“Apa maksud mu?”

“Sehun mengajak naeun untuk belajar di rumah teman mereka. Dan mereka akan pulang agak telat. Mungkin malam.”

“Lalu apa yang kau khawatirkan? Mereka hanya belajar bersama, bukankah itu bagus.”

“Tidak luhan. Kau seperti tidak tahu otak kotor adik ku saja. Bocah cadel itu memiliki beribu cara untuk mencuri hati adik mu.”

Luhan terkekeh geli saat mendengar kata-kata yang terucap dari bibir sahabat nya barusan.

“Apa kau masih tda mempercayakan adik mu untuk menjadi kekasih adik ku, eoh?”

Sooyoung menatap luhan.  “Sangat sulit mempercayai bocah cadel itu, lu. Otak nya sama saja seperti otak ayam. Aku tidak mau adik mu yang polos itu ternodai dengan otak kotor adik ku.”

“Aish.. kau ini salah, soo. Ku rasa sehun adalah pria baik. Dia selalu menemaniku bermain bola setiap minggu pagi dan kamis sore. Permainan sepak bola nya juga sangat bagus. Seharusnya dia terpilih menjadi pemain favorit di club sepak bola sekolah nya.”

Sooyoung mendengus sebal.  “Apa yang ada di otak mu itu hanya sepak bola dan sepak bola, eoh? Tidak kah kau memikirkan tentang nilai-nilai mu yang selalu berhuruf C dan D dengan tinta bolpoin berwarna merah.”

Luhan menggerutu sebal. Ia sedang tidak mood untuk membicarakan tentang nilai-nilai nya yang selalu berhuruf C dan D dengan tinta bolpoin berwarna merah darah.

“Jangan  membahas tentang nilai-nilai ku sekarang. Aku sedang tidak mood.”

“Xi Luhan, kapan kau ingin berubah, eoh? Kau tak lelah kalau harus bermasalah dengan guru BP?”

“Choi sooyoung, jangan membuat ku tambah bad mood. Sudah ku bilang kan untuk tidak membahas tentang nilai-nilai ku.”

Sooyoung mendengus sebal.  “Kau tidak pernah berubah. Selalu saja seperti ini kalau sedang membahas tentang nilai-nilai mu.”

Luhan berdiri, ia mengambil seragam sekolah beserta blazzer nya dan juga tidak lupa dengan tas gendong nya.

“Ayo kita pulang. Aku sudah selesai.” ucap luhan dengan nada agak kesal nya.

Sooyoung berdiri dan menatap ke aarh luhan yang sedang memalingkan wajah nya.

“Kau marah, lu?” tanya sooyoung. Luhan tidak menjawab, ia malah menarik tangan sooyoung menuju ke arah di mana motor nya itu di parkir.

Di sepanjang perjalanan pun mereka tidak berbicara. Luhan menyibukkan dirinya dengan jalan raya di depan nya. Sedangkan sooyoung hanya diam tanpa bebicara dengan kedua tangan yang melingkar di pergelangan pinggang luhan.

Luhan memakirkan motor sport nya di depan gerbang rumah mewah sooyoung. Sooyoung turun dari motor luhan dan menyerahkan helm yang di pakai nya tadi kepada luhan.

Sooyoung menatap luhan yang nampak nya masih sedikit kesal.

“Luhan, kau masih kesal karena aku membahas tentang nilai-nilai mu tadi?”

Luhan hanya menoleh dan tersenyum tipis ke arah sooyoung. Satu tangan nya terangkat untuk mengusap puncak kepala sooyoung.

“Makan malam di rumah ku. Bibi Jung sedang pulang kampung bukan?” ucap luhan tanpa menjawab pertanyaan sooyoung tadi.

“Aku bisa memasak makan malam ku dengan sehun sendiri. Bibi xi pasti akan semakin repot kalau aku dan sehun makan malam di rumah mu.”

Luhan tersenyum lalu menggeleng.  “Mandi dan ganti baju mu. Setelah itu datang kerumah ku lalu makan malam bersama dengan keluarga ku.”

“Tapi luhan. Aku-” ucapan sooyoung terputus kala luhan membungkam kedua belah bibir sooyoung dengan ibu jari kiri nya.

“Tidak ada penolakan atau kau tidak akan mendapat makan siang gratis dari ku besok, nona choi.”

Sooyoung mendengus sebal.  “Baiklah. Setengah jam lagi aku akan ke rumah mu.” ucap sooyoung. Luhan mengangguk.

“Kalau begitu aku pulang dulu.” ucap luhan lalu menancapkan gas motor sport nya dan melaju memasuki gerbang rumah megah nya yang terletak di samping kiri rumah sooyoung.

Sooyoung menatap dalam punggung luhan yang sudah menghilang di balik gerbang rumah nya. Ia menundukkan kepala seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah nya ia kembali mendongak dan menatap gerbang rumah luhan.

***

“Aku tidak bisa terus merahasiakan semua nya seperti ini. Lama kelamaan penyakit ku ini pasti akan membongkar rahasia yang sudah ku kubur selama 5 tahun.”

Setelah berucap lirih seperti itu, sooyoung pun memutar tubuh nya dan melangkah untuk masuk ke dalam rumah nya yang tak kalah besar dari rumah luhan yang terletak di samping kiri nya.

***

Sooyoung melirik ke arah jam dinding yang tertempel di dinding kamar nya yang bercat biru muda. Ia menghela napas nya. Sekarang sudah tepat pukul 7 malam, dan seharus nya ia sudah berada di rumah keluarga xi. Tapi sooyoung sangat malas sekali melangkahkan kaki nya untuk berjalan ke rumah luhan yang jarak nya hanya beberapa langkah saja.

‘Drrtt.. Drrtt..’

Sooyoung mengambil ponsel nya yang bergetar di atas meja belajar nya. Ia membuka layar ponsel nya yang terkunci dan mendapati sebuah pesan masuk dari luhan.

‘Cepat ke rumah ku. Atau kau ingin aku yang menjemput mu.’

Sooyoung mengerucutkan bibirnya kesal setelah melihat isi pesan yang luhan kirim untuk nya. Dengan langkah gontai nya sooyoung berjalan keluar dari kamar nya untuk pergi ke rumah luhan.

Sooyoung membuka gerbang rumah nya dan sedikit terkejut saat melihat luhan sudah berdiri di samping gerbang rumah nya dengan tubuh tinggi nya yang menyandar di tembok dekat gerbang nya.

“Sedang apa kau di sini?”

“Aku hanya ingin memastikan kau akan ke rumah ku atau tidak. Jadi aku menunggu mu di sini.”

“Sejak kapan kau menunggu ku di sini?” tanya sooyoung.

Luhan menarik tangan sooyoung untuk berjalan beriringan bersama nya ke arah gerbang rumah nya.

“Sejak 5 menit yang lalu. Bukan waktu yang lama bukan.”

“Kau kurang kerjaan sekali menunggu ku di luar gerbang.”

“Kan sudah ku katakan. Aku hanya ingin memastikan kau akan ke rumah atau tidak.”

“Terserah mu saja lah, lu.”

Luhan dan sooyoung masuk ke dalam rumah megah luhan. Kedua nya berjalan beriringan ke arah ruang makan atau meja makan yang terletak tidak jauh dari dapur.

“Sooyoung-ah, kau sudah datang, nak?” sapa nyonya xi begitu luhan dan sooyoung sudah sampai di meja makam milik keluarga xi.

Sooyoung tersenyum, tapi senyum nya itu mendadak hilang saat melihat sang adik sedang tersenyum menampilkan sederet gigi putih nya ke arah nya.

“Choi Sehun.”

“Hai.. noona. Aku menuruti mu kan untuk pulang tidak lebih dari jam 7 malam.”

Sooyoung mendengus, iaberjalan cepat ke arah sehun lalu menjambak kasar rambut coklat adik nya itu.

“Ya! Mengapa tidak pulang ke rumah. Mengapa kau malah pulang ke rumah bibi xi, eoh?”

“Ya! Noona lepaskan, ini sakit tahu.”

Sooyoung melepaskan jambakan nya di rambut coklat adik nya.

“Sekarang jelaskan padaku, Choi Sehun. Kenapa kau pulang ke rumah bibi xi dan bukan nya pulang ke rumah mu sendiri.”

“Bibi yang menyuruh nya untuk pulang ke sini dulu dan kita akan makan malam bersama di sini, soo.” ucap nyonya xi yang datang dari arah dapur membawa semangkuk sup jamur yang asap nya masih mengepul.

“Bibi, lain kali jangan mengijinkan bocah nakal ini untuk bermain dengan naeun. Dia pria nakal yang mencurigakan.”

“Ya! Noona, jangan berkata seperti itu. Aku tidak senakal apa yang noona katakan.”

“Sudah-sudah. Jangan bertengkar seperti ini terus. Kalian ini adik dan kakak tapi kerjaan nya hanya bertengkar.”

“Dia yang selalu memancing emosi ku, bi.”

“Aish.. sudahlah, soo. Tidak usah di perpanjang lagi masalah nya. Sekarang kita makan malam saja.”

“Tapi, lu-”  “Naeun-ah, panggil ayah. Makan malam nya sudah siap.” ucap luhan menyuruh adik nya itu untuk memanggil ayah nya.

Dan setelah itu makan malam keluarga xi lengkap dengan sooyoung dan sehun pun di mulai. Sesekali mereka membicarakan hal konyol yang sama sekali tidak masuk di akal.

‘TBC’

Note : Maaf ya kalo di chapter ini belum ada part di mana luhan dan sooyoung mengalami sakit dari penyakit nya. Tapi di next chapter nya aku bakal buat soohan moment kok. Maaf juga kalo di chapter ini masih agak nge-bingungin. Aku yg buat nya juga bingung, dan merasa kalo ff ini gak layak untuk di post. Tapi karena sudah terlanjur di buat, sayang juga kalo mau di buang. Wajib untuk Keep RCL bagi kalian yang sudah baca !!

12 thoughts on “Be Happy – Chapter One”

  1. kok penyakitnya soohan kocak sih? yg satu jadi gabisa boong sama perasaannya yg satu malah keenakan soalnya bisa dicium sooyoung terus hahaha
    sehun jadi adeknya sooyoung? gasalah tuh? biasanya yg jadi adeknya sooyoung si jongin soalnya mereka mirip

  2. Yeay SooHan penyakit nya greget sekali apa lg luhan wkwk penasaran gimna klo penyakit luhan kambuh #otak gue -_-
    Di tunggu next chap secepatnya

    Keep writing and fighting

  3. Aduhh tumben pia-pia update disini hhihi 😀
    aseek ada ff baru hhohoho
    dasar soohan shipper akut kamu ini kkkk~
    manis sih tapi agak aneh sama marga barunya sehun hhihi
    terus naeun kok nggak ngomong sih?
    Oh ya, saran boleh kan? Ada beberapa kalimat yang kurang efektif. Coba deh kamu koreksi lagi 🙂
    Soohan moment diperlukan!
    Chapter 2 cepet ya? Ganahan peasaran 😀

  4. Bagus kak bagus,, aku sukaaaa:D
    tapi penyakit mereka belum muncul dipart ini pensaran aja terutama ama luhan emang penyakit apaan sih?? Aku sempet ketawa aja pas baca summarynya diawal,, kayanya seru nih eh bener deh:D
    sehun ama soo adik kakak yg kaga pernah akur satunya ngelunjak satunya emosian hahaha,,
    luhan udah nunggu soo didepan rumah cuman mau mastiin soo dateng kerumahnya?!! Ckckck niat banget luhan ini.
    Please next chapterrr,, kak:D
    keep wraiting and fighting

  5. soohan sahabatan apa pacaran sih aduh mereka kayak pacaran bikin iri orang ajaa
    sebenernya kurang suka naeun disini..
    nexr cepetan….

  6. Ff nya seruuuuuuu
    Lucu juga liat tingkah soo yg suka ribut sama sehun juga liat soo udh adu mulut sama lulu kkkk
    Ditunggu part selanjutnya thor^^

  7. Ea! Lu kalo kamu kambuh engga cuma Soo yang bisa tulus menciummu. Akupun *ngarep
    Next nya ditunggu bgt ^^

  8. hahahahaha ff keren min! masing” main cast’a punya penyakit yang langka juga 😀 keep waiting next part’a min 😉 fighting

Leave a reply to Yani yanuari Cancel reply